Jumat, 26 Agustus 2016

KENALAN YUUK DENGAN PENULIS NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.

 Ada yang bertanya pada saya, "Kak Rassa kok nulis duet terus sih. Kenapa nggak menulis novel sendirian saja?"
Seutas senyum saya sematkan sebelum menjawab pertanyaan tersebut.
Sukses sendiri itu baik. tetapi akan jauh lebih baik bila kita bisa mengajak orang-orang untuk sukses bersama.
Kenapa saya tak membuat novel sendiri? Siapa bilang saya tak menulis novel single. ada beberapa buku yang sudah saya garap sendirian, nemun saya harus bersabar menunggu novel tersebut terbit. Semua ada waktunya. tak ada proses yang instan. Semua harus dilalui dengan penuh kesabaran. Terkadang para penulis harus menunggu satu tahun untuk menyaksikan karya terbit dan beredar di toko buku. Antran yang panjang dan ketatnya seleksi novel sekarang mendidik kita untuk lebih sabar dan belajar menulis lebih baik lagi agar karya kita bisa memikat hati editor dan penerbit yang di tuju.

Novel Cahaya Cinta, Langit Kazan terbit lebih cepat karena novel ini diterbitkan di penerbit indi.
Sama saja sih sebetulnya. mau terbit di penerbit indi atau di penerbit mayor. yang penting isi karyanya tetap berkualitas dan mendidik.
 KENALAN YUUK DENGAN DUO PENULIS NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.


NRS. RASSA SHIENTA AZZAHRA 

Penulis yang bernama asli NRS. Ellis Shyntia Hayati ini. Lahir di kota Garut yang berjuluk kota intan.wanita blasteran Arab-sunda ini hobi sekali memasak dan traveling. Wanita bermata coklat yang sangat mencintai sejarah ini sudah menuli sejak SMP. Tapi baru berani mengirimkan naskah cerpen pertamanya ke media ketika ia SMA. Tak mudah. Berkali-kali ia mengalami penolakan hingga untuk ketujuh kalinya cerpennya baru terbit. Bayangkan .... bahagianya cerpen pertama terbit itu lebih bahagia dari diberi rangkaian buket bunga Anggrek dan Sedap malam oleh calon suami (seandainya :D) nasib penulis jomblo.

Sejak itu ia mulai rajin menulis. Menulis bukan lagi menjadi hobi melainkan sudah menjadi profesi yang sangat ia cintai.

Sebelum novel Cahaya Cinta, Langit Kazan. ia telah menggarap novel DIMENSI bersama Mbak Triani Retno A dan juga menulis buku nonfiksi juga bersama Mbak yang cantik itu. Sekarang ia lagi menyelesaikan riset dan survey longitudinal DBD bersama kementrian Kesehatan RI dan riset serta napak tilas sejarah Sriwijaya untuk penggarapan novel sejarah.


 DHILLA AZEELA.

Penulis yang asli berdarah Arab ini adalah seorng indigo yang pernah diejek dan di bully sebagai orang gila. Pertama kali saya menemukannya ia berada dalam kondisi yang sangat tertekan dan putus asa. Salah seorang sahabat memperkenalkan saya kepada admin WPN. Sebuah komunitas khusus Wong Palembang Nian. Admin tersebutlah yang membawakan ila, begitulah sapaan akrab saya pada gadis cantik itu.

Bila orang memandangnya gila. saya justru melihat potensi yang besar di dalam dirinya. ia anak berbakat dan cerdas. hanya saja ia tak memiliki kesempatan, peluang dan dukungan dari keluarganya sehingga potensinya terkubur dan membeku.

Adalah sebuah perjuangan dan kerja  keras untuk membangkitkan lagi semangatnya, memulihkan lagi kondisinya. Banyak alasan yang ia ungkapakan. namnun selalu saya patahkan dan saya yakinkan padanya. Hidup itu tak butuh banyak alasan. Ia hanya butuh pembuktian. Persistensi pasti akan selalu mengalahkan resistensi.

Alhamdulillah. Sekarang ia mulai bangkit dan memperjuangkan hidupnya, mewujudkan cita-citanya.
Gadis bermata belok kelahiran palembang ini sudah pandai bergaul, tidak menarik diri lagi. Selalu ceria dan awa selalu menghiasi wajah cantiknya. Kini ia masih berproses dalam hidupnya. 

Semoga ia tetap bisa bertahan meski kelak mungkin ia akan berjalan tanpa saya. Saya berharap ia akan lebihkuat sebelum saya menutup mata saya.
Sungguh saya sangat menyayangi anak-anak indigo. Anak-anak yang berbakat. Indigo itu bukanlah manusia yang anreh dan harus dihindari. Indigo tak hanya berkutat dan identik dengan kegaiban saja, Lebih khusus lagi indigo adalah anak yang bisa menjadi seorang yang dapat berkarya dan berprestasi dalam bidang mereka masing-masing selama kita tahu dan paham cara mendidik dan mengarahkannya.
Dhilla Azeela adalah salah satu contoh indigo yang mampu berkrya. Orang gila itu kini menjelma menjadi bidadari yang bisa menuai prestasi.

By. RASSA SHIENTA AZZAHRA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar