Jumat, 26 Agustus 2016

KENALAN YUUK DENGAN PENULIS NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.

 Ada yang bertanya pada saya, "Kak Rassa kok nulis duet terus sih. Kenapa nggak menulis novel sendirian saja?"
Seutas senyum saya sematkan sebelum menjawab pertanyaan tersebut.
Sukses sendiri itu baik. tetapi akan jauh lebih baik bila kita bisa mengajak orang-orang untuk sukses bersama.
Kenapa saya tak membuat novel sendiri? Siapa bilang saya tak menulis novel single. ada beberapa buku yang sudah saya garap sendirian, nemun saya harus bersabar menunggu novel tersebut terbit. Semua ada waktunya. tak ada proses yang instan. Semua harus dilalui dengan penuh kesabaran. Terkadang para penulis harus menunggu satu tahun untuk menyaksikan karya terbit dan beredar di toko buku. Antran yang panjang dan ketatnya seleksi novel sekarang mendidik kita untuk lebih sabar dan belajar menulis lebih baik lagi agar karya kita bisa memikat hati editor dan penerbit yang di tuju.

Novel Cahaya Cinta, Langit Kazan terbit lebih cepat karena novel ini diterbitkan di penerbit indi.
Sama saja sih sebetulnya. mau terbit di penerbit indi atau di penerbit mayor. yang penting isi karyanya tetap berkualitas dan mendidik.
 KENALAN YUUK DENGAN DUO PENULIS NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.


NRS. RASSA SHIENTA AZZAHRA 

Penulis yang bernama asli NRS. Ellis Shyntia Hayati ini. Lahir di kota Garut yang berjuluk kota intan.wanita blasteran Arab-sunda ini hobi sekali memasak dan traveling. Wanita bermata coklat yang sangat mencintai sejarah ini sudah menuli sejak SMP. Tapi baru berani mengirimkan naskah cerpen pertamanya ke media ketika ia SMA. Tak mudah. Berkali-kali ia mengalami penolakan hingga untuk ketujuh kalinya cerpennya baru terbit. Bayangkan .... bahagianya cerpen pertama terbit itu lebih bahagia dari diberi rangkaian buket bunga Anggrek dan Sedap malam oleh calon suami (seandainya :D) nasib penulis jomblo.

Sejak itu ia mulai rajin menulis. Menulis bukan lagi menjadi hobi melainkan sudah menjadi profesi yang sangat ia cintai.

Sebelum novel Cahaya Cinta, Langit Kazan. ia telah menggarap novel DIMENSI bersama Mbak Triani Retno A dan juga menulis buku nonfiksi juga bersama Mbak yang cantik itu. Sekarang ia lagi menyelesaikan riset dan survey longitudinal DBD bersama kementrian Kesehatan RI dan riset serta napak tilas sejarah Sriwijaya untuk penggarapan novel sejarah.


 DHILLA AZEELA.

Penulis yang asli berdarah Arab ini adalah seorng indigo yang pernah diejek dan di bully sebagai orang gila. Pertama kali saya menemukannya ia berada dalam kondisi yang sangat tertekan dan putus asa. Salah seorang sahabat memperkenalkan saya kepada admin WPN. Sebuah komunitas khusus Wong Palembang Nian. Admin tersebutlah yang membawakan ila, begitulah sapaan akrab saya pada gadis cantik itu.

Bila orang memandangnya gila. saya justru melihat potensi yang besar di dalam dirinya. ia anak berbakat dan cerdas. hanya saja ia tak memiliki kesempatan, peluang dan dukungan dari keluarganya sehingga potensinya terkubur dan membeku.

Adalah sebuah perjuangan dan kerja  keras untuk membangkitkan lagi semangatnya, memulihkan lagi kondisinya. Banyak alasan yang ia ungkapakan. namnun selalu saya patahkan dan saya yakinkan padanya. Hidup itu tak butuh banyak alasan. Ia hanya butuh pembuktian. Persistensi pasti akan selalu mengalahkan resistensi.

Alhamdulillah. Sekarang ia mulai bangkit dan memperjuangkan hidupnya, mewujudkan cita-citanya.
Gadis bermata belok kelahiran palembang ini sudah pandai bergaul, tidak menarik diri lagi. Selalu ceria dan awa selalu menghiasi wajah cantiknya. Kini ia masih berproses dalam hidupnya. 

Semoga ia tetap bisa bertahan meski kelak mungkin ia akan berjalan tanpa saya. Saya berharap ia akan lebihkuat sebelum saya menutup mata saya.
Sungguh saya sangat menyayangi anak-anak indigo. Anak-anak yang berbakat. Indigo itu bukanlah manusia yang anreh dan harus dihindari. Indigo tak hanya berkutat dan identik dengan kegaiban saja, Lebih khusus lagi indigo adalah anak yang bisa menjadi seorang yang dapat berkarya dan berprestasi dalam bidang mereka masing-masing selama kita tahu dan paham cara mendidik dan mengarahkannya.
Dhilla Azeela adalah salah satu contoh indigo yang mampu berkrya. Orang gila itu kini menjelma menjadi bidadari yang bisa menuai prestasi.

By. RASSA SHIENTA AZZAHRA.

SINOPSIS AND BEHIND THE SCENE. NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.

 SINOPSIS NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.
KARYA. RASSA SHIENTA A DAN DHILLA AZEELA.


Cara. Gadis bandel, memiliki banyak catatan kenakalan, barbar dan sangat terobsesi dengan One Direction. Kakak sulungnya, Arshaa. Sudah tak sanggup lagi mengasuhnya. Nasehat orangtuanya pun kerap kali diabaikannya. Namun, sejak kepulangan Adeeva, ia jadi tak berkutik dan tak sanggup untuk membantah kakaknya. Ia pasrah, saat Adeeva menyuruhnya melanjutkan kuliah dan menjebloskannya ke pesantren di kota Kazan.

Saat Cara mulai menjadi gadis yang baik. Tiba-tiba ia bertemu dengan pemuda Rusia yang mirip Louis, personil One Direction. Ia pun kembali berubah menjadi gadis yang egois dan mulai menentang kedua orangtuanya dan kakaknya.

Sudah jatuh tertimpa tangga!!
Adeeva hampir saja mati membeku terjebak dilembah pegunungan ural. Ia harus melepaskan orang yang ia sayangi dan harus merelakan adiknya untuk menikah lebih dahulu.
Pertengkaranpun tk dapat dihindarkan lagi.
Keharmonisan dua bersaudara itupun retak.

Adeeva memutuskan untuk pergi dari rumah, pergi mencari cinta sejati. Ia sangat kecewa pada adiknya yang sangat tidak menghargainya.

Penyesalan tiAda artinya lagi. Nasi sudah menjadi bubur, apa yang sudah terjadi tak akan bisa diperbaiki lagi. Cara harus menanggung rasa kehilangan Adeeva.

Lalu, bagaimana hubungan Adeeva dan Cara?
Siapakah pemuda yang nekat mencari Adeeva, hingga menutup hati demki gadis bermata coklat itu?
Simak kisah dua bersaudara ini dalam Novel CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Novel duet kedua saya setelah Novel DIMENSI yang pernah saya tulis bersama Mbak Triani Retno A.
Bila DIMENSI diterbitkan oleh penerbit mayor, Elex Media Komputindo. Kali ini saya bekerjasama dengan penerbit Bebook Publisher.
Untuk pemesanan silahkan langsung kontak Penerbit Bebook Publisher di facebooknya atau bisa juga melalui facebook saya NRS. Rassa Shienta Azzahra atau melalui akun LINE saya @srikandipajajaran15.









BEHIND THE SCENE KEPENULISAN NOVEL CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN. 

Bukan hal yang mudah menyatukan dua kepala dengan dua pemikiran yang berbeda. Dua penulis yang memiliki dua karakter yang sangat berbeda dan kebiasaan yang juga berbeda. Banyak sekali perbedaan diantara saya dan Dhilla Azeela. Satu-satunya yang membuat kami sama adalah karena kami sama-sama gadis indigo yang berdarah Arab.

Namun berangkat dari perbedaan itu justru kami bisa saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Kami tak pernah takut untuk berbeda, sebab perbedaan adalah warna pelangi yang indah. Pelangi tak akan berwarna bila hanya memiliki satu warna saja. Begitulah kami mencoba menuliskan keindahan itu dalam sebuah cerita fiksi. Ya .... Kebetulan lagi kami sama-sama suka menulis.

Berawal dari obrolan ringan hingga akhirnya ide membuar cerita untuk novel ini pun lahir. Dhilla Azeela yang maniac sekali dengan One Direction kerap kali membuat saya sebal dan nyaris membuat isi lambung saya keluar. Dan .... saya adalah Penulis yang hobi sekali bertraveling keberbagai tempat, memiliki impian besar ingin berkeliling dunia lewat karya-karya saya. Selin Mekah, Mesir dan Perancis. Kazan adalah slah satu kota yang menjadi impian destinasi traveling saya. Segala tentang Kazan saya kupas, dari mulai sejarah peradaban islamnya hingga tempat wisata dan kulinernya. bahkan saya nekat mempelajari bahsa Rusia, biar suatu saat impian saya terwujud, saya telah memiliki bekal.

Berlatar belakang semua itulah, akhirnya kami mengembangakan ide cerita ini.
Kami menghabiskan satu malam khusus untuk membuat sinopsis, alur cerita dan nama tokoh-tokoh yang akan kami kembangkan dalam novel ini. Esoknya saya langsung menyusun outline perbab dan membagi bagian-bagian yang akan kami tulis berdua.

Novel yang terdiri dari 353 halaman dan 11 bab ini mulai kami garap diawal bulan Juni. 11 bab kami bagi dua dan ada juga yang satu bab kami bagi dua dengan pembagian cerita sesuai karakter yang kami pegang masing-masing.




Lalu, bagaimana kami menyatukan tulisankami sementara kami banyak perbedaan, plus juga berbeda gaya dalam menulis. Dhilla Azeela yang karakternya remaja banget dan susah disiplin. Ia memainkan peran Caramella Ayeshaa. gadis barbar dan nakal yang tergila-gila dengan One Direction. Dan .... Saya yang dewasa banget dan sangat religius, memainkan peran Adeeva Afsheen Myeshaa, sosok ustadzah yang lembut dan sangat idealis. Kami sengaja memainkan pove dalam novel ini agar lebih bisa mendalami cerita serta karakter.

Untuk menulis kadang sayaharus menunggu Dhilla menyelesaikan bagiannya agar saya bisa menyambungkan bab berikutnya, terkadang Dhilla yang harus menunggu saya untuk bisa melanjutkan bab berikutnya.

Asal tahu saja si imut yang berhidung mancung itu untuk pertama kalinya membuat buku dan ia sama sekali tak memiliki laptop dan tak sedikit pun mendapatkan dukungan dari orangtua serta keluarganya.
Namun sya berusaha meyakinkannya, keterbatasan fasilitas dan tak adanya pendidikan formal yang tinggi tak harus membuat kita berhenti berkarya. Asalkan punya niat dan keinginan untuk maju, apapun yang menjadi penghalang pasti akan bisa dilalui. Allah akan memberikan jalan untuk orang yang memiliki niat baik ingin belajar dan mencari ilmu serta berbagi manfaat. jadi jangan pernah ada alasan.

Ila, begitulah sapaan sayang sya kepadanya. Akhirnya bertekad untuk menyelesaikan kepenulisan novel ini. Ia pernah nyaris menyerah, namun sya tak pernah lelah memompa semangatnya lagi.

Terkadang terjadi perdebatan dalam menulis, itu biasa demi mendapakan kesempurnaan sebuah cerita.
Sebagai seorang kakak, sya lebih banyak mengalah dan mendengarkan. Tetapi tak hanya diam sya bergerak memperbaiki. Kami pernah berpusing-pusing ria memikirkan judul yang tepat untuk novel ini. Hingga Cahaya Cinta, Langit kazan lah yang akhirnya saya pilih untuk menjadi judul.
Semua bagian sekecil apapun selalu kami diskusikan agar tak terjadi kesalah pahaman. Termasuk saat membuat cover untuk novel ini.
Tepat 35 hari kami berhasil menyelesaikan novel ini.

Untuk kedua kalinya saya menerbitkan novel dibulan Ramadhan. CAHAYA CINTA, LANGIT KAZAN pun terbit di bulan Ramadhan. Alhamdulillah.
Menulis berdua itu asik dan bisa menjadi ajang belajar bekerja dalam tim. Butuh kesabaran dan pengendalian diri yang tepat saat menerima pendapat yang berbeda. Dan jjuga dibutuhkan senyum agar bisa berbesar hati menerima segala masukan. Belajar disiplin dan komitmen.
Kerjasama yang luar biasa dan cukup menguras energi.
Sukses sendirian itu biasa, tetapi sukses bersama itu luar biasa.Namun, bukan suksesnya yang menjadi fokus saya, tapi prosesnyalah yang membuat saya bahagia. Lebih bahagia lagi bisa membuat si minder dan introver ini kembali percaya diri. Saya berharap setelah ini ia akan terus menulis meski dukungan itu masih belum sempurna menjadi miliknya. Saya pu tak akan pernah berhenti menulis sampai akhir hayat.

Bila gajah mati meninggalkan gading, maka manusia mati meninggalkan mnfaat kebajikan dan karya yang bermnfaat. #srikandipajajaran15.

By. NRS. Rassa Shienta Azzahra

Selasa, 29 April 2014

AKU TAK AKAN KEMBALI

"Hidaya akan datang kepada manusia yang manusia tidak tahu kepada hidaya itu akan datang kepada manusia yang Allah kehendaki." (HR. Buchory, Muslim)

Aku berjalan sendirian di malam yang pekat dan dingin, dengan tubuh penuh luka dan darah yang terus mengucur deras dari kepalaku, yang jatuh berlomba dengan derasnya air mataku.
Aku tak tahu harus kemana.
Aku hanya berjalan mengikuti langkah kaki ku.
Aku nyaris saja tersungkur jatuh karena tak kuat menahan rasa sakit di tubuh, kepala dan hatiku, tapi cahaya Robb kembali menguatkanku.
Aku harus kuat.
Aku harus tegar.
Aku ingin bertemu Allah swt.
Aku ingin bertemu dengan Nabi Muhammad saw.
Laa ilaaha illaallah..... Berulang-berulang kali ku sebut kalimah tauhid itu.
Ya Allah beri petunjuk jalan terang untukku, sembuhkan rasa sakitku.
Aku terus melanjutkan perjalananku.
Tenggorokanku terasa sangat kering sekali, sementara aku tak memiliki sepeser uangpun, untuk bisa membeli makanan atau minuman.
Ya Allah beri aku kekuatan dan petunjuk harus kemana aku malam ini?

Masih terngiang di telingaku, suara tangisan mama saat akan melepaskan ku pergi. Sebenarnya aku tak tega melihat mama menangis, aku tak tega untuk meninggalkan mama. Tapi aku tak mungkin bertahan di rumah itu dengan siksaan dan makian-makian yang menghancurkan hatiku, menghancurkan islam. Mungkin tak akan jadi masalah jika hanya aku yang di caci maki, dihina dan di cela, tak jadi masalah jika aku harus di cambuki atau dipukuli dan kepalaku di hancurkan sekalipun, aku rela.
Tapi jika Al Qur'an yang disobek-sobek lalu di bakar, kemudian Allah dan Rosulullah di caci maki, juga sahabatku Aqsa dan rekan-rekan dakwahnya yang di fitnah sebagai teroris, jelas saja aku marah, aku melawan dan tak terima dengan semua itu. Mereka semua guruku, sahabatku dan Rosulullah adalah panutanku.
Demi mereka....
Demi agama islam.
Ku putuskan untuk pergi dari rumah.
Memang getir.
Tapi Aqsa bilang, aku akan mendapatkan kemanisannya kelak disana, di alam yang abadi, aku ingin mencium harumnya syurga.

Masih terngiang di telingaku, bagaimana pertengkaranku dengan Papa, ini bukan yang pertama, sebelumnya Papa sering memarahiku, memukulku, agar aku kembali pada agamaku dan meninggalkan islam.
Tapi aku tetap teguh pada pendirianku.
Aku tak akan kembali!!
Lebih baik aku mati dalam islam, dari pada aku mati dalam kekafiran.

Januari.2011.
Maghrib itu. Aku melakukan sholat di kamar mandi. Itu awal pertengkaran hebatku dengan Papa, Kakek dan kakakku, yang akhirnya membawaku keluar dari rumah itu.

Oya. Namaku Aitsu Liu Tan. Biasa di panggil Su.
Aku seorang gadis kelahiran Cina, kedua orangtuaku juga asli orang Cina yang beragama Khong Hu Cu. Dari sejak kecil hingga dewasa aku tinggal di sebuah desa di pinggir kota, sebut saja nama desa itu Mariana.

Entah kenapa dari sejak kecil aku penasaran sekali denga agama islam, aku suka melihat teman-temanku mengaji dan sholat di masjid dekat rumah kami, aku juga suka sekali melihat betapa bahagianya umat muslim menyambut Romadhon dan Idul fitri. Dadaku selalu  bergetar setiap kali mendengar takbir di hari raya, dan aku sangat tertarik sekali mengikuti pelajaran agama islam di sekolah, karena kebetulan aku di sekolahkan di sekolah umum.

Hingga pada saat aku masu kuliah. Aku berkenalan dengan seorang gadis canti dan smart, bernama Zaqila Aqsa yang ternyata seorang aktifis dakwah di kampus kami.
Melalui Aqsa, akhirnya aku mendapatkan jawaban dari rasa penasaran tentang siapa Allah? siapa itu Nabi Muhammad? dan apa isi kitab Al Qur'an?
Sejak itu aku memutuskan untuk mempelajari islam yang sebenarnya. Dan Aqsa adalah yang paling sabar membimbingku.

Tubuhku bergetar hebat saat aku mendengarkan Aqsa, gadis penghapal Al qur'an itu menyenandungkan ayat suci Al Qur'an.
Rasa haru itu langsung saja membuat dadaku sesak.
Waduk airmataku pecah dan airnya membanjiri wajah putihku.

Ada rindu yang menyeruak hadir tiba-tiba dai dalam hatiku.
Tak jelas siapa yang ku rindukan.
Namun yang jelas, aku merasa ruang hatiku yang selama ini kering dan gersang, kini terasa sejuk sekali mendengar ayat-ayat suci itu di senandungkan Aqsa dengan sangat merdu.

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang.
Subhanallah. Aku terpesona dengan arti dari kalimat Bismillahirrohmanirrohiim.
Dengan menyebut nama Allah, semua kalimat dalam tiap surat di Al Qur'an di awali dengan menyebut nama Allah, bukan nama yang lain. Dan kalimat Basmallah itu benar-benar membekas di hatiku.

Sungguh indah sekali islam.
Aku mulai nekad menerjang badai, demi bisa berada dalam islam.
Aku seperti menemukan diriku yang sebenarnya dan aku tak merasakankekosongan itu lagi kini.

Aku menarik nafas berat.
Tubuhku sakit semua.
Sementara perjalananku masih sangat jauh sekali.
Aku menghentikan langkahku, menepi dan bersandar pada sebatang pohon yang berada di tepi jalan di depan pabrik Miga di daerah jalan pulau layang. Aku bingung harus kemana? ke rumah Aqsa? masih sangat jauh sekali untuk bisa sampai ke Palembang. Handphone, laptop dan semua barangku di hancurkan oleh Papa, semua pakaianku di bakar, aku hanya disisakan beberapa helai pakaian yang aku bawa sekarang.

Aku tak tahu bagaimana caranya menghubungi Aqsa. Saat ini aku hanya berharap Aqsa berada di rumah dan aku bisa menumpang tinggal di rumahnya untuk sementara.

Aku menyeka darah yang jatuh di wajahku dengan perasaan teriris. Sakitnya luka di kepala dan tubuh ini tidak seberapa di banding rasa sakit di hati ini.

Aku terduduk di tanah dan lamunanku kembali membawaku pada tragedi malam ini.

Sejak belajar sholat dan mengaji dengan Aqsa, aku juga selali berusa memperaktekannya di rumah, meski itu sulit karena aku sekamar dengan adikku. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Semua saudaraku tak ada yang mendukungku.
Aku selalu melakukan sholat di kamar mandi.
Beberapa kali aku aman. Tapi malam ini, na'as...... aku ketangkap basah dan ketahuan ketika aku sedang melakukan sholat maghrib.

Duaarrr..... duarrr... duaarrr.....
Sebuah gedoran keras di pintu kamar mandi, membuyarkan ke khusyukan ku dalam sholat, aku terkejut dan terlonjak.

"Su.... Su... buka pintunya..." teriak Papa dari luar.
"buka Su, atau kami dobrak pintunya." teriak ka Han, kakak ku yang tertua.
Aku segera menuntaskan sholatku. Namun belum sempat aku membuka dan melipat mukena ku serta menyembunyikannya, tiba-tiba pintu kamar mandi telah di dobrak dan hancur, patahannya menimpa tubuhku.
Aku berteriak panik dan gugup.
"hiaaaaaa....."


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lalu apa yang selanjutnya terjadi dengan Su, nantikan lanjutannya ya..... ^-^

Selasa, 15 April 2014

Tentang Rassa. Bukan novel, hanya sepenggal perjalanan hidup.

Di sini semua tentang rassa...... 
Tak tahu harus memulai dari mana.....
Belakangan ini semua waktu berjalan semakin cepat.
Terkadang aku sendiri kesulitan untuk memahami diri ku, memahami apa yang ada di diri ini,di pikiran ini.
Kepalaku tersa seperti akan pecah saja, saat ribuan kata berjejalan masuk kedalam kepalaku....
Bising.....
Pusing....

Mereka bilang aku Indigo......
Aku mengernyitkan keningku, bingung.....
Indigo???
Apa itu indigo???
Rasa penasaranku terusik untuk mencari tahu tentang indigo, tentang diriku sendiri, dan tentang semua yang terjadi.

Lalu mereka bilang aku aneh!
Ahhh.... Aku semakin bingung.....
Apa yang aneh??
Aku hanya ingin tahu, ingin melihat lebih banyak, mendengar lebih banyak suara....
Tapi mereka bilang, "dunia ini sepi, tak ada apa-apa, hening tak ada suara, biasa saja, datar saja...!"
Aku menggeleng, bertahan dengan asumsiku bahwa dunia ini ramai, berisik, banyak yang berlalu lalang, banyak suara yang mengenaskan dan menyeramkan....
Ahhh.... Kenapa aku berbeda dengan mereka, kenapa tak pernah sama.....
Aku bertekad untuk terus mencari kebenaran, mencari keseimbangan dan keselaran. Aku mengumpulkan bukti, kalau yang aku lihat bukan imajinasi, bukan fantasi tapi betulan ada. Aku berharap mereka percaya padaku dan menerimaku, menerima pendapatku serta mau menjadi sahabatku.
Waktu yang panjang untuk bisa mendapatkan tempat di hati khalayak. Melelahkan ketika aku harus meyakinkan bahwa aku tidak berbohong.
Perlahan seiring waktu, aku mencoba membuktikan semua pada mereka, kalau aku juga berhak untuk mendapatkan kehidupan yang sama seperti yang lain, aku beritahukan kepada semua bahwa aku sama saja dengan yang lain, tak ada yang aneh dari ku, aku juga manusia yang sama seperti mereka, aku juga berhak untuk hidup di bumi ini dan aku tak ingin di diskriminasi.

Indigo itu bukan sesuatu hal yang menakutkan dan aneh.
Indigo juga manusia biasa, hamba Allah yang lemah tak ada apa-apanya jika tanpa Allah yang menggerakan, semua yang ada pada indigo adalah pemberian Allah, jika boleh memilih sebenarnya para indigo lebih memilih hidup biasa saja, tapi semua Allah yang berkehendak dan tak satupun dari hamba-Nya yang bisa menolak kehendak sang pencipta, juga para indigo.

Jika pola pikir kami berbeda, cara kami berkomunikasi berbeda, kami hanya ingin, tolong pahami kami.          
Sekian tahun aku mencari tentang semua ini, mencari keseimbangan, mencari keselarasan dan mencari keadilan.
Aku bahagia......
Saat aku tahu, aku tak sendiri.....
Aku senang....
Saat ada yang bisa memahamiku dan menerimaku hidup di dunia ini......
Aku tenang.....
Saat ada yang mengajariku untuk lebih dekat dengan sang Pencipta.....
Saat ada yang mengajariku tentang kehidupan, tentang semangat, tentang memngembangkan pikiran, mengembangkan bakat dan potensiku.....
Dan aku bersyukur.....
Saat aku berhasil menemukan diriku yang sesungguhnya.

Dan akhirnya aku tahu sekarang, siapa itu indigo.
Mereka, aku dan para indi yang lain bukan makhluk aneh.
Indigo tak semata di definisikan dapat melihat makhluk gaib atau melihat perubahan dimensi.
Tapi indigo adalah seorang yang evolusioner, mereka memiliki pemikiran yang bisa merubah dunia menjadi lebih baik, yang bisa memiliki prestasi dan kesuksesan yang sama dengan manusia yang yang lainnya.

Aku mulai agak sedikit tenang dan mengerti ketika telah kudapati tentang semua yang mengganggu pikiran ku selama ini.
Aku mulai bisa menerima diriku dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa keraguan dan ketakutan akan disisihkan lagi.
Namun masih banyak yang harus ku pelajari dalam hidup ini, untuk bisa terus bertahan sampai waktu ku berakhir. Aku butuh ilmu untuk membuat ku bertahan hidup agar tak tersesat dalam kemaksiatan, dalam kegelapan. Aku butuh agama untuk membuat ku jauh lebih kuat dalam iman dan takwa.        

Selasa, 03 April 2012

SUNSET DISUNGAI MUSI










Ternyata tak perlu sebuah laut dan pantai untuk bisa menikmati sebuah sunset (matahari terbenam). Tak perlu pergi ke pantai Kuta atau ke pantai Pelabuhan Ratu,ke Pangandaran,pantai Pasir putih atau ke Pantai Pattaya atau ke pantai-pantai yang ada di Amerika,sampai mengahabiskan puluhan juta dolar hanya untuk menikmati indahnya sunset. Sunset disungai Musi pun tak kalah eksotis dan memikat dengan sunset-sunset di pantai-pantai yang indah dan terkenal. Tak perlu juga memaksakan diri sampai harus memakai uang hasil korupsi,untuk sekedar jalan-jalan keluar negeri. Padahal di Negeri sendiri banyak tempat-tempat indah yang bisa dikunjungi. Jalan-jalan dengan uang yang halal ketempat yang sederhana dan indah jauh lebih menenangkan hati,dari pada jalan-jalan dengan uang haram ke Negara tetangga dengan keindahan yang tak jauh beda.

Oya. Disalah satu sudut kota Palembang,ada sebuah kota pinggiran yang bernama kota kabupaten Banyu Asin. Di kota ini ada sebuaqh kota kecil lagi yang bernama Mariana,kota ini terletak persis dipesisir sungai Musi,bahkan diujung timur kota Mariana,sungai Musi ini teapat bermuara kearah dua Samudra. Sebelah kiri muara sungai adalah lepas ke Samudra Indonesia dan disebelah kanannya adalah lepas ke Samudra Hindia.

Mariana terkenal dengan kota industri dan perkebunan. Banyak pabrik-pabrik dan perkebunan kelapa sawit,kertas dan karet. Pabrik-pabrik ini kebanyakan terletak dipinggir sungai,makanya arus masuk dan keluarnya pendistribusian bahan industri dan perkebunan sering melalui jalur perairan. Banyak juga pulau-pulau kecil diperairan sungai Musi,yang di pulau itu juga banyak terdapat pabrik-pabrik kayu,ikan asin dan sebagainya. Walaupun sekarang ada yang sebagian dari pabrik itu sudah ada yang gulung tikar karena krisis moneter beberapa tahun lalu.

Ada salah satu dermaga sederhana di kota kecil ini yang cukup terkenal yang sering dipakai,bukan hanya untuk tempat berlabuhnya kapal saja,tapi juga dijadikan sebagai objek wisata oleh banyak orang. Dermaga RSK. Dr. Rivai Abdullah (sebuah rumah sakit kusta terbesar di Asia Tenggara ini,letaknya persis dipinggir sungai Musi). Dermaga ini di lengkapi dengan poliklinik perairan yang selalu dibuka selama 24 jam. Poliklinik ini diperuntukan bagi pasien-pasien gawat darurat karena kecelakaan air atau pasien-pasien yang datang dari pulau-pulau kecil yang berada din perairan sungai Musi atau daerah jalur-jalur (daerah transmigrasi).

Saya dan saudara saya sering berkunjung ke dermaga ini hampir setiap akhir pekan,menikmati eksotisnya sunset di sungai Musi. Saat matahari mulai terbenam dan tergelincir kearah senja,sempurna sekali warna jingganya,kuning cahayanya memercik ke permadani sungai Musi dan membias kelangit. Sunggu indah sekali perpaduan warna biru langi8t,jingga,kuning dan awan putih yang berarak bagaikan parade negeri- negeri diatas awan. Semuanya bercermin diatas sungai Musi. Subhanallah. Allahu akbar. Sungguh sempurna ciptaan Allah.

Seringkali kita melewatkan dan mengabaikan hal-hal yang kecil,demi untuk mendapatkan hal-hal terbesar dalam hidup. Padahal sesuatu yang besar itu semua bermula dari hal yang kecil. Terkadang mata kita,pikiran kita dan keinginan hati kita seringkali dipengaruhi oleh hal-hal yang besar diluar sana yang jauh lebih memikat dan lebih menganggumkan. Sampai-sampai kita tak mau melihat lagi hal kecil disekitar kita,yang sering kita anggap remeh,bahkan tak dipandang sebelah mata pun. Padahal jika kita mau menoleh dan melihat disekitar kita yang kita anggap kecil,insya Allah kita akan menemukan sebuah kebesarab ciptaan Allah swt.








Jumat, 30 Maret 2012

Saat sang raja awan memuntahkan bola api

Ini adalah salah satu moment sunset yang indah. Bukan di pantai dan bukan juga di sungai. Tapi didekat sawah-sawah dan dihutan kecil yang berada disebuah dusun yang berada di kota Banyuasin. Namanya dusun Sambirejo. Tak sengaja jalan-jalan ketempat ini disore hari,tiba-tiba saja saya menemukan siluet senja yang sangat mempesona.

Saat hari mulai gelap dan matahari mulai terbenam. Sang raja awan pun terbaring terlentang diatas langit sana,siap-siap menutup hari dengan senja. Dan detik-detik inilah yang sangat memukau dan mendebarkan. Saat bola api itu masuk ke mulut senja dan awan memuntahkan kembali bola api itu,hingga cahaya jingga dan merah memancar keangkasa dan percikannya jatuh ke bumi. Menerangi sawah-sawah dan hutan-hutan.

Subhanallah. Saya seperti mandi kembang api di senja itu. Luar biasa sekali.